Rabu, 15 Februari 2012

Honda Supra X125, 2010 (Medan) Honda Supra X125, Arm Jupiter & Komp

Honda Supra X125, 2010 (Medan)

Honda Supra X125, Arm Jupiter & Kompresi Rendah

Honda Supra X125 yang digeber abis Eko Riyanto, podium 1 kelas MP3 di Brotherhood RPM Road Race, Medan 2 minggu lalu. Katanya berkat rombakan di sasis dan mesin pada motor pembalap tim Honda Intrac itu.

Yang melakukan modifikasi frame dan dapur pacu adalah Sardin Gorad Pasaribu.Dia ahli dibalik kesuksesan Eko. Mekanik bertangan dingin ini sangat memahami karakter pembalap berusia 20 tahun ini. “Iya lembut tapi garang,” ungkapnya.

Sebenarnya, karakter Eko tidak cocok dengan Supra X125 yang bertenaga besar namun liar di soal handling. Makanya rangka bebek Honda 125 ini jadi sektor pertama yang mendapat ubahan.

Sardin yang bukan pemilik perusahaan sardencis ini, mengganti lengan ayun Supra X125 dengan kepunyaan Jupiter. Katanya karena memiliki bushing lebih besar, sehingga lebih stabil.

Juga suspensi disesuaikan. Mengikuti gaya membawa motor yang beringas serta karakter sirkuit Medan dan sekitarnya yang pendek-pendek. Dibutuhkan suspensi yang lambat rebound dan lebih stabil.

“Saya mengganti cairan oli suspensi depan dengan pelumas SAE 90 yang biasa dipakai di gardan mobil. Olinya lebih kental, pantulan balik lebih lambat,” bilang Sardin yang sebelumnya berkiprah sebagai mekanik di Honda Banten ini.
Untuk mesin, ia mengaplikasi kompresi rendah, yakni 13,2 : 1. Ini ada kaitannya dengan kondisi lingkungan trek di Medan dan sekitarnya yang panas. Di lintasan bisa mencapai 38-40 derajat celcius.

Selain itu, kualitas bensol biru sudah turun oktannya setelah pengiriman. Kalau standarnya 105, paling tinggal 99-100. Makanya, dibikin kompresi rendah dengan memapas piston di bagian dome sebanyak 2 mm.

Hasilnya Eko kerap menang. Padahal ini tahun pertama dan baru ikut 2 seri. Yaitu di Siak dan Bangkinang, posisi Eko sekarang ke 5 MP3 dan ke-2 di MP2.

Eko bisa jadi andalan dan penerus pembalap nasional dari Sumatera Utara. Pengganti Firman Farera, Jeffrey Holy maupun Reza Pahlevi. “Skillnya bagus. Asal dilatih dengan benar dan sabar, Eko bisa jadi pembalap besar,” prediksi H. Syabra Buana, Kasie Roda Dua Pengprov IMI Sumut. Amin bos! 

Tahun Depan Full

Di bawah naungan main dealer Honda CV Indaco, tim Honda Intrac mulai berkiprah sejak 2011 ini. Sebagai tahap awal, mereka baru ikut di beberapa seri MotoPrix region 1. “Belum full. Karena baru dan melihat kemampuan dulu,” jelas Sardin Gorad Pasaribu.

Dengan hasil yang cukup baik ini, pihak Indaco pastinya akan menyokong untuk tampil penuh di balapan MotoPrix 2012 nanti. Menurut Sardin, ada empat pembalap yang akan turun di ajang balap nasional ini. Dua untuk kelas seeded dan dua pemula.

Di pemula, tim Intrac akan diperkuat Eko Riyanto, Rizky Hendarta Damanik. Di seeded, diisi Yogi Hermana dan Marta Reza.

Apalagi dengan adanya sirkuit baru di IMI Pancing, Medan ini. Sardin makin yakin pembalapnya akan lebih berkiprah di masa yang akan datang. Mudah-mudahan begitu. (motorplus-online.com) 

DATA MODIFIKASI
Main/pilot jet  : 135/30
CDI : BRT
Gir : 13/45
Karbu : Mikuni TM 24
Head : BRT
Penulis : Hend | Teks Editor : Nurfil | Foto : Hendra


Modif Yamaha Jupiter-Z 2010

Yamaha Jupiter-Z, Balancer Paling Ringan

Yamaha Jupiter gacoan Diaz Kumoro Djati tidak terkejar di MP1 (125cc) MotoPrix Seri VIII, tiga Minggu Lalu di Sirkuit JI Expo Kemayoraan. Walau di akhir race 2 mbrebet namun tetap juara 2. Kuncinya, mesin diseting serba ringan. 

“Setingan ringan menyesuaikan sirkuit Kemayoran yang lalu, yang dibikin rolling speed,” jelas Heru Hardianto, kepala mekanik di tim Yamaha TDR FDR Federal Oil NHK Yonk Jaya ini.

Serba ringan misalnya di balancer. Hanya dibuat 375 gram. Menurut mekanik beken disapa Heru Kate itu, ukuran segitu termasuk paling ringan. Supaya putaran mesin lebih cepat naiknya karena sirkuit yang treknya didominasi tikungan rolling speed.

Trek lurusnya hanya 170 meter bisa dikatakan pendek. Tidak perlu bandul yang berat sudah cukup tercapai. Asalkan rasio kompresi juga dibikin enteng alias rendah. 

Untuk main di Kemayoran kemarin rasio kompresi dipatok 12,8 : 1. Padahal biasanya bisa sampai 13,2 : 1. Namun agar atasnya jalan mengimbangi balancer yang ringan untuk putaran bawah, kompresi harus dibuat rendah. Tentunya supaya top-speed juga tercapai. 

Magnet juga dibuat ringan. Karena dibubut abis. “Beratnya paling hanya tinggal 400 gram,” jelas Heru yang bermarkas di dekat Stadiun Maguwo, Sleman, Jogja.

Rupanya ini yang bikin Jupiter mbrebet di akir lap. Magnetnya pecah karena dibubut terlalu tipis. Jadinya mesin tidak mau teriak seperti kekurangan bensin. 

Setingan lain pada rasio masih sama untuk setiap sirkuit dadakan. Namun bedanya hanya pada sproket. Ini kali menggunakan 14/43.

Untuk pilihan klep menggunakan ukuran 29/24 mm. Sedangkan durasi kemnya berkisar 273 derajat. Klep in kira-kira membuka 35 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas) dan menutup 58 derajat setelah TMB (Titik Mati Bawah).

Kemnya dibuat kembar. Untuk menyesuaikan trek tinggal diatur sendiri maju-mundurnya. Yang jelas durasinya tetap dibuat sama. 

Menurut Heru, dari awal motor ini jadi, setingannya sama. Paling menyesuaikan sirkuit saja. Untuk lubang in dan ex juga tetap sama. 

Lift Kem
Lift atau tinggi bukaan klep ditentukan oleh bubungan atau benjolan di kem. Beberapa mekanik memang punya pendapat masing-masing soal lift klep ini. 

Seperti Heru Kate yang mekanik Yamaha Jupiter-Z geberan Diaz Kumoro Djati dari Yamaha TDR FDR Federal Oil NHK Yonk Jaya itu. Dia punya patokan sendiri.
Meski durasi sama, Heru mematok lift kem buang lebih tinggi dibanding yang isap. Teori ini kebalikan dari beberapa mekanik lain yang justru malah mematok lift klep isap lebih tinggi.

Heru mematok lift kem isap 9,4mm sementara lift klep buangnya 9,5mm. “Lift klep buang lebih tinggi 0,1mm,” jelas mekanik yang aslinya sarjana Pertanian dari Universitas Veteran Jogja itu. 

Menurut Heru lagi, dibuat seperti itu tentu ada maksud dan tujuannya. Yakni, agar setingan mesin tidak basah. Sehingga nafas mesin menjadi lebih panjang. Rpm mesin mampu teriak panjang

Weeeng... (motorplus-online.com)

 DATA MODIFIKASI
Ban: Corsa
Spuyer : 60-110
Knalpot : YJM
Lubang inlet : 25,6-25,8 mm
Magnet: Standar dibubut
Penulis : Aong | Teks Editor : Nurfil | Foto : Endro
Modif Yamaha Jupiter-Z 2009 (Bandung)

Yamaha Jupiter-Z, Kompresi 13,8 Jadi Jawara Motoprix Kemayoran

 
Pacuan M. Zaki dari tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya sukses juara MP3 MotoPrix putaran VIII di Sirkuit Kemayoran lalu. Berhasil meninggalkan lawan-lawannya. Apa rahasianya? Mari tanya Harris Sakti alias Mletis, sang mekanik.    

"Di Kemayoran lalu, kuncinya motor harus awet dan bisa cepat keluar dari tikungan," kata Mletis. Untuk awet maka kompresi harus pas.

"Saat QTT, kompresi sampai 14, tapi saat balapan yang begitu panas diturunkan jadi 13,8," lanjut mekanik asal Jogja ini. Caranya mengganti piston lebih rendah.   

Sedangkan supaya lebih cepat naiknya rpm, durasi kem juga diubah. "Dari 272 derajat menjadi 270 derajat. Semua itu dilakukan sebelum final Minggu," kata mekanik murah senyum ini. 

Ada satu jurus lagi untuk taklukkan Kemayoran. "Rasio khususnya gigi 1 dan 2 harus pas, karena banyak tikungan patah," tambahnya. Untuk gigi 1 diubah jadi berat dengan rasio 13 :24. Lay-out sirkuit kali ini mengharuskan turun sampai gigi 1 di R 2.  

Sementara untuk gigi 2 dientengin. "Dari awalnya 16/29 dientengin jadi 18/33," terangnya. Oh ya, komposisi gir kali ini 14 : 42, angka ini pastinya akan berubah mengikuti karakter sirkuit. Terbukti dengan ubahan yang seperti ini, Zaki yang asal Bondowoso, Jawa Timur bisa jadi kampiun di Jakarta.   (motorplus-online.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar